STYLISH DALAM KEHIDUPAN PESANTREN (SANTRI)
Pada
Minggu, 08 Desember 2019
Stylish? apa yang
terlintas dalam benak saat mendengar kalimat tersebut ? apakah sebuah
penampilan yang wow mewah yang sering menyebut “wow, stylenya keren” ? benar
karena jika sudah berbicara tentang stylish pasti tidak jauh dari barang yang
bernama baju, aksesoris, make-up sepatu dan tas yang terbaru yang pas dengan
tubuh. Semua harus terlihat sempurna dari atas kepala sampai ujung kaki.
Sehingga membuat dirinya sibuk untuk terlihat sempurna di mata orang lain
sampai membuat dirinya lupa apa yang sebenarnya urgen untuk memperbaiki hal
yang lain selain jasmani. Sehingga membuat dirinya lupa pada keadaan sekitar
bahkan bisa jadi lupa atau tidak sadar akan kesalahan diri sendiri.
Arti
dari Style itu sendiri yaitu berasal dari bahasa inggris yang menurut kamus
Oxword berarti suatu cara berperilaku khusus untuk mempertunjukkan atau
memperkenalkan sesuatu. Style merupakan gaya baru yang bersifat modern atau
sesuai arus zaman dan tidak klasik atau kuno. Sehingga terkadang membuat
seseorang dengan gaya stylenya yang keren atau bagus membuat dirinya percaya
diri.
Tak
dapat dipungkiri bahwa gaya di zaman sekarang adalah segalanya, apalagi bagi
kaum hawa yang sangat peduli pada penampilannya. Tetapi ada juga sebagian perempuan
yang tidak perduli pada penampilannya, bukan tidak peduli 100% terhadap
penampilannya tapi katakanlah sederhana dalam berpenampilan. Tidak ada salahnya
mempercantik diri dengan berpenampilan stylish sesuai zaman, karena hal itu
akan membuang persepsi masyarakat barat tentang umat islam yang menurut mereka
buta akan dunia modern.
Stylish
identik dengan orang yang fashionable. Yaitu orang yang selalu mengikuti trend
pada eranya, yang berawal dari penampilan sampai hal-hal yang tidak penting.
Fakta menunjukkan bahwa fenomenanya stylish yang terkesan berlebihan telah
menyentuh ranah pesantren. Seperti alat-alat make up yang sudah dikenakan oleh
para santri seperti maskara, diamond, eyeliner, lipstik dan lainnya. Perilaku
tersebut melenceng dari status santri sebagaimana pada hakikatnya santri
identik dengan gaya dan pola hidup yang sederhana.
Santri
istilah yang sangat familiar dalam kehidupan masyarakat. Bagi umat islam
kedudukan santri setara dengan biarawati dan pendeta dalam agama hindu atau
budha. Menurut Prof. Dr, Zamakhsyari Dhofier secara bahasa santri diambil dari “tamil”
yan berarti “guru mengaji”. Ada juga yang berpendapat bahwa santri adalah
berasal dari bahasa sangskerta yaitu “shastri” yang berarti ilmuan hindu yang
memiliki pengetahuan tentang kitab suci dan pandai menulis kitab-kitab kuno.
Sedangkan
menurut Kamus Besar Bahasa Idonesia (KBBI) santri adalah sebagai orang
yang mendalami agama islam serta orang
yang mendalami pengajiannya dengan berguru ke tempat yang jauh seperti
pesantren. Sedangkan menurut wikepedia santri adalah sebutan bagi seorang yang
mengikuti pendidikan agama islam di pesantren. Dalam pesantren inilah seorang
santri digodok untuk cakap dalam memahami ilmu serta berperilaku dan bertutur
kata yang baik atau sopan.
Namun
seiring berkembangnya zaman, santri sudah mulai kehilangan hakikat yang
sesungguhnya bagi santri itu sendiri. Dapat dibuktikan dengan terpecahnya
santri yang menjadi dua bagian yaitu santri tradisional dan santri modern.
Santri tradisional adalah santri yang tetap utuh meski zaman semakin rapuh,
tetap menjunjung dan mengutamakan agama sebagai prioritas. Sebaliknya, santri
modern adalah santri yang mengikuti pergaulan zaman tanpa bisa menyeimbangkan
dengan ilmu keagamaannya.
Dapat
dilihat dari cara berpakaian, santri modern menampilkan diri dalam dunia
fashion dengan berbagai seperangkat barang keluaran terbaru bahkan cara
berpenampilan yang ikut diperbaharui. Hal ini tentu saja berlawanan dengan
hakikat santri yang sederhana.
Lantas,
perlukah seorang santri berpenampilan stylish ? perlu, karena tak dapat kita
sangkal bahwa kita berada di zaman modern. Kita tak dapat mengelak lagi dari zaman
yang terus menerus berkembang. Tetapi, kita harus sadar berpenampilan
fashionable itu boleh asal sesuai dengan status kita yaitu sebagai santri
jangan sampai melenceng dari hakikat seorang santri yang sesungguhnya. Kita
harus mengenal jati diri kita sendiri yaitu sebagai santri sehingga kita tidak
mudah terseret arus zaman itu sendiri. Terkadang seorang santri hanya latah melihat
model style pada zamannya lalu menirunya tanpa berpikir apakah penampilannya
sejalan dengan lingkungan dan status mereka sebagai santri ? mereka hanya
berpikir mengedepankan penampilan dari pada prinsip yang seharusnya mereka
pegang teguh.
Perlu
diketahui segala sesuatu pasti memiliki dampak positif dan dampak negatif. Kita
dapat melihat dari dampak positifnya yaitu meskipun kita berstatus santri tapi
bukan berarti out of date, jadi seorang santri juga bisa berpenampilan anggun
sesuai dengan trend masa kini. Namun jika dilihat dari sisi negatifnya yaitu
seorang santri akan lebih mementingkan style tanpa tahu situasi dan kondisi di
sekitar. Berpenampilanlah sederhana disesuaikan dimana kita berada karena
adaptasi itu penting agar kita tidak musnah dan terkucilkan dari lingkungan
kita sendiri. Sebagai seorang santri cukup berpenampilan bersih, rapi dan
serasi, sopan itu sudah cukup karena pada hakikatnya santri identik dengan pola
hidup yang sederhana.
Sifat
stylish hanyalah sebuah topeng yang biasanya digunakan untuk memuaskan tuntutan
dalam diri individu. Pergaulan kaum sebaya dan media massa selalu memberikan
style terbaru untuk masyarakat agar tidak so over green (kampungan). Baju
trendy dan modis, soft lance, diamond, aksesoris yang berlebihan, make up yang
over merupakan hal yang familiar dan sangat melekat pada diri seseorang yang
stylish.
Pada
dasarnya, mengikuti mood trend terkini bukan merupakan kesalahan atau dosa yang
ditaubati, melainkan setiap manusia mempunyai hak untuk mengikuti gaya hidup tidak
terkecualikan santri. Tetapi bukan berarti kita bebas mengikuti gaya hidup yang
“tidak semestinya”. Agama kita islam tidak melarang seseorang untuk bergaya
sesuai keinginan asalkan pantas dengan kategori syariat islam.
Seorang
santri yang berdiam di pondok pesantren tidak pantas berpenampilan yang
berlebihan. Namun, yang menjadi kemaslahatan saat ini yaitu santri yang rusak
terhadap akhlaqnya sendiri. Kemajuan cara dalam tampilan sosial
melatarbelakangi santri yang peduli dengan style, santri yang stylish cenderung
bersikap layaknya bukan santri, Sikap santri tersebut dapat melucuti tali
syariat. Benarkah sikap santri seperti hal tersebut ? tentu tidak, akibat dari
arus globalisasi telah mendunia, tidak dapat dielakkan lagi santri modern
update dengan trend di masa kini.
Ketika
para santri meninggalkan pesantren dan terjun ke tengah masyarakat sedikit
banyaknya akan meninggalkan kebudayaan pesantren yang sederhana. Mereka akan
terpengaruh dunia luar yang mengedepankan stylish. Tidak salah jika ingin mempercantik
diri dengan berpenampilan stylish sesuai zaman, akan tetapi hal itu tidak boleh
dijadikan alasan untuk selalu memperhatikan penampilan tubuh dan lupa akan
tingkah laku yang benar dan baik. Mode memang boleh diikuti, tapi jangan sampai
melewati standar yang ada.
Penulis: Hayati (Mahasiswi FEB Universitas Trunojoyo)
Dosen Pengampu : Robiatul Auliyah, S.E., MSA. (Dosen FEB Universitas Trunojoyo)
Komentar (0)
Posting Komentar